Rechercher dans ce blog

Sunday, March 14, 2021

Jatuh Bangun Usaha Pembuatan Meja Berbahan Limbah - Jawa Pos

Desktop_AP_Leaderboard 1

Pandemi Covid-19 tak serta merta menyurutkan semua sektor usaha. Buktinya, kerajinan meja belajar lipat dan meja setrika yang dirintis Jaman bersama istrinya, Khusnul Khotimah, justru melejit seiring dengan pembelajaran daring. Produk ini bahkan mampu menembus pasar Malaysia.

IWAN ANDRIK, Rembang

Rumah produksi itu sibuk, Jumat (12/3). Sebagian karyawan memotongi hardboard. Sebagian lagi memotong pipa besi. Ada pula yang menempelkan spon ke hardboard, lantas “mengemuli” dengan kain.

Hampir setiap hari pemandangan tersebut terlihat di rumah produksi milik Jaman, warga Pekoren, Kecamatan Rembang yang awalnya hanya sopir pikap carteran barang di Alun-alun Bangil. Tak kurang 15 karyawan bekerja di rumah produksinya. Ratusan meja setrika dan meja belajar lipat pesanan konsumen mereka produksi.

Bukan hanya pesanan dari Pasuruan. Produksinya menembus pasar antarpulau. Seperti Bali, Medan hingga Makassar. Bahkan, saat ini mulai merambah pasar luar negeri, Malaysia.

“Bapak lagi kirim barang ke Surabaya. Tadi pagi berangkat,” ungkap Khusnul Khotimah, 43, istri Jaman saat menemui Jawa Pos Radar Bromo di rumah produksinya.

Menurut Khusnul, usaha yang dirintis suami bersamanya itu tidaklah semudah yang terlihat. Mereka harus melalui cobaan panjang. Jatuh bangun pun sudah mereka rasakan.

Ibu empat anak ini menceritakan, produksi itu mulai ditekuni saat suaminya, Jaman, berkenalan seorang asal Surabaya. Orang itu mengajak Jaman join bisnis membuat meja belajar lipat.

Namun, mereka harus menyiapkan uang Rp 40 juta untuk memulai usaha tersebut. Dana itu dipakai membeli bahan baku berupa hardboard limbah pabrik serta peralatan produksi dan kebutuhan lainnya.

“Uang tersebut kami peroleh dari utang ke bank. Kami memulai usaha ini sekitar 2001. Tapi, waktu itu bukan barang jadi seperti sekarang. Melainkan barang setengah jadi yang finishingnya diselesaikan pihak lain,” kenangnya.

Namun, join bisnis itu berjalan tak semulus yang diharapkan. Barang terus dikirimnya ke rekan bisnis asal Surabaya itu. Tapi, tidak pernah ada kuitansi atau uang yang diterima.

Hingga tiga bulan kemudian, rekannya malah menghilang. Saat suaminya hendak menagih uang, orang tersebut tidak ketemu jeluntrungannya.

“Kami hampir putus asa. Karena tiga bulan tidak ada seorang, kami juga harus membayar cicilan bank,” imbuh Khusnul.

Di tengah keputusasaan itu, distributor barang asal Surabaya yang selama ini menjadi tempat setor rekan bisnisnya datang. Pihak distributor tersebut minta agar suaminya tetap mengirim barang. Selanjutnya, barang yang diterima akan langsung dibayar ke mereka.

Bekal itupun menjadi jalan untuk bangkit. Agar bisa berproduksi, mereka akhirnya menjual sawah warisan orang tua untuk modal. Dari penjualan sawah sekitar Rp 200 juta itulah, Jaman dan istrinya, memulai kembali usaha mereka.

Pelan tapi pasti, usaha tersebut berjalan sesuai impian mereka. Dari yang semula tiga karyawan, kini ia bisa merekrut 15 karyawan. Ia pun terus memodifikasi usahanya. Tidak hanya mengirim barang mentah.

Mereka juga membuat barang, berupa meja setrika lipat dan meja tulis lipat siap pakai. “Kalau dulu hanya setengah jadi, tiga tahun belakangan dimodif menjadi barang jadi. Itu yang kami setorkan,” urainya.

Sehari mereka bisa memproduksi ratusan barang. Produk yang mereka buat disetorkan ke Surabaya dan dikirim ke luar pulau hingga Malaysia. Harga jual barang itu berbeda.

Rata-rata, Rp 32 ribu hingga Rp 43 ribu untuk meja setrika. Dan Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu untuk meja belajar lipat.

Meja belajar lipat dibuat dengan karakter. Sehingga, lucu dan sesuai untuk anak-anak. Selain itu,  mereka juga memproduksi meja box. Harganya, sekitar Rp 35 ribu per unit.

Khusnul mengakui, pandemi Covid-19 banyak mempengaruhi sektor usaha. Namun, usaha meja belajar lipat karakter justru mengalami lonjakan. Terutama, ketika awal-awal pandemi.

“Waktu itu kan pembelajaran daring. Jadi, pesanan banyak yang datang. Tapi kalau sekarang relatif normal,” bebernya.

Kepala Desa Pekoren, Kecamatan Rembang, Dahlani menguraikan, industri pembuatan meja belajar lipat dan meja setrika lipat mendorong perekonomian warga. Karena, mampu menyerap tenaga kerja di tengah banyaknya PHK yang dilakukan perusahaan.

Meski begitu, industri tersebut perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Terutama dari sektor permodalan. “Supaya, industri yang ada ini, bisa semakin berkembang,” harapnya. (hn)

Let's block ads! (Why?)


Jatuh Bangun Usaha Pembuatan Meja Berbahan Limbah - Jawa Pos
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...