Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya ketidakpastian saat pandemi Covid-19 berdampak berat pada kondisi dunia usaha di tanah air. Hal ini membuat perusahaan harus melakukan berbagai perubahan terobosan yang inovatif untuk bisa bertahan. Perusahaan pun harus membuat keputusan yang tepat merombak strategi, agar roda bisnis bisa berjalan yang berlandaskan pada situasi ekonomi baru di 2021.
Direktur Eksekutif PPM Manajemen Triono Saputro mengatakan masa pandemi ini juga membawa perubahan sikap perusahaan agar menjadi lebih efisien. Beberapa perusahaan sepakat untuk meningkatkan rasa kehati-hatian dalam berinvestasi. Namun demikian, investasi teknologi merupakan yang dipandang penting. Investasi teknologi menjadikan proses bisnis lebih cepat, efektif, dan efisien.
Kecepatan organisasi dalam merombak proses bisnisnya menurutnya juga menentukan kemampuan bertahan menghadapi ketidakpastian di masa pandemi maupun setelahnya. Beberapa perusahaan juga harus berinvestasi dalam kompetensi karyawannya baik dari kompetensi teknis maupun non-teknis, terutama dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
"Dalam kondisi ini perusahaan harus tahu untuk melakukan apa, mulai dari mendesain kembali proses bisnis, mengubah produk dan sebagainya. Selain itu juga melakukan investasi dan peningkatan kompetensi karyawan. Segala macam strategi bisnis ujung-ujungnya kompetensi karyawan dan mengembangkan model bisnis baru karena ada perubahan situasi," kata Triono, dalam webinar Economic and Management Insight, Jumat (30/04/2021).
Dia menambahkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Center of Innovation & Collaboration (CIC) PPM Manajemen pada Desember 2020 hingga Januari tahun 2021, 29,7% responden menyatakan kesiapannya dalam menghadapi tantangan di 2021. Sementara sebanyak 59,1% responden menyatakan sedang dalam proses menyiapkan perusahaannya.
Survei juga memperlihatkan hasil lima faktor teratas yang dinilai penting dalam mendukung perkembangan perusahaan di 2021 ini, yaitu peningkatan kualitas pelayanan; kepemimpinan; perubahan struktur organisasi; kemitraan dengan institusi lain yang relevan; serta peningkatan kompetensi teknis dan dari karyawan.
Selain itu, perusahaan responden juga mengidentifikasi beberapa risiko yang perlu untuk dicermati. Risiko dari faktor eksternal adalah persaingan harga, perkembangan teknologi dan dampak resesi serta risiko dari faktor internal adalah pembuatan keputusan manajerial yang tidak efektif dan kompetensi karyawan yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini.
Untuk mendukung perkembangan perusahaan di tahun 2021, ada empat kompetensi teratas yang perlu dimiliki oleh perusahaan dalam menghadapi perubahan yaitu, kompetensi manajerial misalnya perencanaan, koordinasi, pengarahan dan pengendalian; pemecahan masalah; manajemen dan keterampilan interpersonal.
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan di tahun 2021, sebanyak 66,3% perusahaan responden akan melakukan redesign proses bisnis, 58,7% akan melakukan investasi untuk peningkatan kompetensi SDM, 51,9% akan mengembangkan model bisnis baru, dan 47,1% akan berinvestasi di teknologi informasi.
Triono menegaskan masa depan dunia usaha dan bisnis tidak bisa lagi dihadapi dengan pola aktivitas yang rutin. Perubahan menjadi suatu keharusan dan akan sering dialami perusahaan.
"Beberapa kemampuan dan keahlian tertentu penting untuk dimiliki tidak hanya untuk menghadapi pandemi namun untuk menghadapi perubahan dinamis di masa yang akan datang," katanya.
Dalam kesempatan yang sama Deputy Director Indef Eko Listiyanto mengatakan untuk membangkitkan ekonomi dan dunia usaha dibutuhkan tiga hal, yakni percepatan vaksinasi oleh pemerintah, menumbuhkan UMKM dan bantuan sosial. Dengan begitu daya beli masyarakat bisa meningkat dan ekonomi bisa bergerak, sehingga produksi industri bisa kembali menggeliat.
"Peran pemerintah sudah terlihat dari sisi konsumsi dengan berbagai programnya. Tetapi kalau kalau konsumsi pemerintah saja belum cukup untuk mendongkrak konsumsi untuk membangkitkan industri," kata Eko.
Dia menilai tantangan yang cukup kuat adalah laju kredit yang masih rendah terutama dari sektor riil. Penyebabnya pun bukan hanya karena suku bunga, melainkan karena ekspansi dunia usaha masih terbatas. Untuk mendorong sektor rill maka pandemi Covid-19 harus lebih terkendali, apalagi saat ini klaster perkantoran meningkat.
"Isu utamanya adalah mendorong laju kredit untuk menopang perekonomian," katanya.
Eko menambahkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5% maka penyaluran kredit harus lebih masif, dengan permintaan yang datang dari sektor riil. Jika sektor riil mulai dari UMKM hingga korporasi pertumbuhannya masih terbatas, maka akan cukup sulit mencapai target tersebut.
"Kami menyarankan dukungan UMKM diperkuat, misalnya dengan holding ekosistem ultra mikro. Saya mendukung upaya tersebut karena akan positif pada pemulihan ekonomi nasional," ujar Eko.
[Gambas:Video CNBC]
(rah/rah)
Babak Baru Dunia Usaha Pasca Pandemi Covid-19 - CNBC Indonesia
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment