Rechercher dans ce blog

Thursday, August 5, 2021

Pelaku Usaha Pariwisata di Tangsel Menjerit, Minta Kelonggaran Aturan | merdeka.com - Merdeka.com

Merdeka.com - Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku sudah tidak mampu menjalankan roda usahanya, di masa perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Bahkan sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan, sektor usaha pariwisata sudah terpukul dengan rendahnya permintaan atau okupansi yang ada.

Ketua PHRI Tangsel, Gusri Efendi menerangkan kalau di masa perpanjangan PPKM level 4 ini, beban sektor usaha hotel dan restoran sudah tidak mampu mencukupi untuk biaya operasional usaha.

"Tidak sebanding pendapatan dengan beban cost rutin kita. Rata-rata tamu di hotel antara 15 sampai 20 persen. Padahal listrik dan pegawai tetap cost-nya. Kalau ini terus diperpanjang, daya tahan kita sudah enggak punya. Semakin pingsan," kata Gusri ditemui di kantor DPRD Tangsel usai menyampaikan keluhannya, Kamis (5/8).

Sementara untuk usaha penyedia jasa kuliner seperti restoran, kafe dan sebagainya, dia mengaku kalau penjualan yang disokong sepenuhnya melalui daring tidak dapat mengalahkan penjualan secara langsung atau makan di tempat.

"Orang datang ke restoran kan utamanya pengen nongkrong. Ada yang diobrolin. Kalau dine-in mending cari warteg lebih murah. Cost karyawan 20 persen, penerimaan 10 persen, hitung sendiri lah, pingsan kita," ucap dia.

Pernyataan senada juga disampaikan Asosiasi Pengusaha Hiburan (Asphira) kota Tangerang Selatan, yang mengaku sudah tidak mampu menjalankan operasional usaha di masa PPKM Level 4 saat ini.

Untuk itu, dia meminta Pemkot dan DPRD Tangsel, memberi jalan kelonggaran terhadap aktivitas usaha padat karya tersebut.

"Kita sudah tutup total, tidak ada omzet. Sudah sekarat, di PPKM Level 4 ini juga sudah stadium akhir," kata Ketua Asphira Tangsel, Yono Haryono.

Dengan tidak beroperasinya usaha mereka sama sekali, pekerja-pekerja hiburan di sektor tersebut kini memilih pulang kampung dan beralih profesi. Bahkan Aspira juga tidak menampik adanya peralihan para pekerja hiburan tersebut, menjadi wanita panggilan (booking order) terselubung.

"Ada yang pulang kampung bertani, kalau yang open booking itu di luar konteks kita. (Tapi) Mereka kan mau hidup, kalau itu sampai terjadi ini dosa kita semua. Karena mungkin ingin bertahan hidup, survive," ungkap Haryono.

Untuk itu, dia meminta Pemerintah Daerah dan DPRD Tangsel, agar menurunkan level PPKM di wilayah Tangsel. Agar adanya kelonggaran-kelonggaran yang bisa memacu pemulihan ekonomi untuk sektor usaha pariwisata.

"Sudah 80 persen pelaku usaha hiburan yang divaksin, mulai dari bartender, LC dan lainnya tinggal vaksin kedua dalam beberapa waktu hari ini. Maka itu bagaimana kita berubah level dengan indikator yang ada, sehingga kita bisa normal beraktivitas lagi," kata Haryono. [cob]

Adblock test (Why?)


Pelaku Usaha Pariwisata di Tangsel Menjerit, Minta Kelonggaran Aturan | merdeka.com - Merdeka.com
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...