Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VII DPR RI baru saja selesai menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja dengan beberapa pelaku usaha minyak dan gas bumi di Indonesia, seperti Indonesian Petroleum Association (IPA), Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Adapun dalam Panja tersebut salah satu agenda yang dibahas yaitu terkait performa penerimaan badan usaha sektor hulu migas pada Tahun 2022 dan Target Tahun 2023.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal menjelaskan bahwa dalam rapat tersebut, Komisi VII meminta beberapa masukan mengenai proyeksi migas tanah air ke depan. Terutama yang akan berlangsung di tahun 2023.
"Tadi lebih ke diminta masukan-masukan dari asosiasi pelaku migas, salah satunya kami, mengenai proyeksi migas tanah air ke depannya, khususnya di tahun 2023," kata Moshe kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/5/2022).
Adapun dalam masukan tersebut, Aspermigas menilai jika tidak ada perubahan yang revolusioner mengenai tata kelola migas di tanah air, maka investasi di sektor hulu migas akan tetap menurun. Oleh sebab itu, pihaknya menyarankan perlu adanya kembali Lex Spesialis dan (true) One Door Policy dan pengelolaan lapangan-lapangan migas marginal yang tidak terurus. "Sampai kalau perlu kita review kembali apakah masih perlu ICP," kata dia.
Untuk diketahui, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa investasi hulu migas sejak periode 2017 hingga 2021 relatif stagnan. Pasalnya, realisasi investasi hanya berkisar di level US$ 10-an miliar.
Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno berharap supaya target investasi pada tahun ini dapat tercapai. Adapun target investasi untuk sektor hulu migas 2022 ditetapkan sebesar US$ 13,2 miliar, naik 23,4% dari realisasi investasi migas 2021 yang mencapai US$ 10,7 miliar.
"Investasi kami sampaikan data 2017-2021 masih cenderung stagnan rata rata US$ 10 an miliar. Tahun ini kita canangkan US$ 13,2 miliar harapannya memang terjadi lonjakan," kata dia dalam diskusi secara virtual, Rabu (13/4/2022).
Julius mengakui bahwa dalam dua tahun terakhir ini target investasi hulu migas memang agak cukup berat untuk direalisasikan. Hal tersebut terjadi lantaran adanya pandemi covid-19 ditambah dengan arah kebijakan perusahaan migas dunia yang mulai mengurangi investasinya.
"KKKS ExxonMobil, Shell, ENI dan bahkan juga Pertamina beberapa waktu lalu untuk memangkas capex dan opex nah ini impaknya membuat efek domino," katanya.
Selain itu, tantangan lain dalam industri hulu migas yakni adanya target net zero emissions di sektor energi pada tahun 2050, kemudian daya tarik fiskal yang sedikit menurun. Namun demikian kebutuhan minyak bumi dunia diprediksi akan terus tumbuh.
Adapun berdasarkan data SKK Migas, realisasi investasi hulu migas pada 2017 hanya mencapai US$ 10,3 miliar, 2018 tercatat hanya US$ 10,9 miliar, 2019 tercatat US$ 11,7 miliar, 2020 tercatat US$ 10,5 miliar, 2021 sebesar US$ 10,09 miliar.
Kegiatan investasi hulu migas sendiri selama ini masih didominasi untuk kegiatan produksi, sementara untuk tujuan pengemabnaagn mencari lapangan bru dan kegiatan eksplorasi masih sangat minim.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto merinci target investasi US$ 13,2 miliar pada 2022 ini terdiri dari US$ 8,4 miliar untuk aktivitas produksi, lalu untuk kegiatan eksplorasi US$ 1 miliar. Kemudian, investasi untuk sumur pengembangan US$ 2,9 miliar dan sisanya untuk administrasi sekitar US$ 900 juta.
"Di 2022 investasi hulu migas ditargetkan US$ 13,2 miliar, maka butuh effort besar dan harus ada kenaikan kegiatan di eksplorasi dan development, di samping tentu saja production," jelas Dwi dalam konferensi pers, Senin (17/1/2022).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
SKK Migas Bidik 12 Proyek dan Rp 19,6 Triliun di 2022
(pgr/pgr)
DPR Kumpulkan Para Pelaku Usaha Migas, Ada yang Genting? - CNBC Indonesia
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment