KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun anak usaha BUMN dikabarkan bakal melaksanakan Initial Public Offering (IPO).
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengungkapkan, skema IPO dapat menjadi alternatif pendanaan untuk perusahaan BUMN. "Selama ini, sebagian besar perusahaan negara dan afiliasinya lebih memilih instrumen utang sebagai sumber pendanaan," kata Toto kepada Kontan, Senin (9/5).
Toto menjelaskan, skema pendanaan melalui utang dapat memberatkan perusahaan BUMN khususnya saat momen pandemi covid-19 yang terjadi beberapa tahun terakhir ini.
Baca Juga: IPO Perusahaan BUMN Akan Menjadi Momentum Positif Bagi Pasar Modal Nasional
Selain itu, dengan melaksanakan IPO, para perusahaan BUMN maupun anak usaha BUMN juga dapat mendorong implementasi Good Corporate Governance (GCG) yang mendorong aspek transparansi, fairness dan akuntabilitas. Penerapan ini dinilai dapat menjadi fondasi dalam peningkatan kinerja ke depannya.
Toto menambahkan, dengan melihat situasi perekonomian tahun ini yang membaik pasca pandemi covid-19 maka ada prospek cukup baik jika IPO dilakukan. "Prospek go public untuk anak usaha BUMN seperti PT Pupuk Kaltim atau PT ASDP Indonesia Ferry cukup potensial di tahun ini," terang Toto.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan, IPO BUMN maupun anak usaha BUMN justru kurang potensial jika dilakukan tahun ini. "Menurut saya kurang potensial karena saham-saham (perusahaan) BUMN sedang downtrend sehingga bisa menurunkan minat pelaku pasar," jelas William ketika dihubungi Kontan, Senin (9/5).
William mengungkapkan, nilai plus dari saham perusahaan BUMN yakni selalu membagikan dividen bahkan jika kinerja keuangan sedang merugi. Kendati demikian, pergerakan saham-saham perusahaan BUMN memiliki ketidakpastian yang tinggi karena lebih terikat atau teratur dengan regulasi dari pemerintah.
Asal tahu saja, setidaknya ada sejumlah BUMN maupun anak usaha BUMN yang dikabarkan bakal IPO baik di tahun ini maupun tahun-tahun mendatang. Sejumlah perusahaan tersebut antara lain PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT ASDP Indonesia Ferry hingga PT Pupuk Kaltim.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Emiten BUMN Menyumbang 23% dari Total Market Cap Pasar Modal
Dikonfirmasi terpisah, manajemen PGE belum bisa berkomentar lebih jauh terkait rencana IPO. Yang terang, pengembangan panas bumi oleh perusahaan dipastikan terus berjalan. "Saat ini PGE fokus untuk terus menjalankan proses bisnis panas bumi sesuai amanat dari shareholder," ungkap Corporate Secretary PGE Muhammad Baron kepada Kontan, Senin (9/5).
Kontan mencatat, PGE menargetkan penambahan hingga 375 megawatt (MW) dalam kapasitas terpasang dari pembangkit listrik tenaga panas bumi dalam empat tahun ke depan. Saat ini kapasitas terpasang panas bumi oleh PGE mencapai 672 MW.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menargetkan IPO PGE dapat dilaksanakan pada semester I 2022. Rencananya, PGE akan melepas 20%-30% dalam hajatan IPO kelak. Di sisi lain, PGE disebut membutuhkan dana sekitar US$ 400 juta hingga US$ 500 juta untuk beragam agenda pengembangan panas bumi.
Mengutip pemberitaan Kontan, ASDP juga ditargetkan dapat melangsungkan IPO di kuartal III 2022. Dalam aksi korporasinya tersebut, perseroan mengincar dana segar dari sekitar Rp 4 triliun. Dana tersebut, untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) dan ekspansi bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak Prospek IPO BUMN dan Anak Usaha BUMN di Tahun 2022 - KONTAN
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment