Usaha Loki: Usaha dan Hasil - Kompasiana.com

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga menit lalu. Beberapa anak sudah keluar dari kelas.

Di sisi lain, Rania meremas kertas di genggaman tangannya menjadi bentuk buntalan tak rapi dengan perasaan kesal. Aksi itu tentu saja tak luput dari pandangan Dey yang duduk di bangku sampingnya.

"Kok dirusak gitu hasil ujiannya, dapet jelek ya?" terka Dey melihat tingkah Rania itu.

"Iya," jawab Rania singkat. Tanpa peduli, gadis itu membuang lembar jawabannya itu yang sudah tak berbentuk kertas pada umumnya lagi. Wajahnya terlihat kesal sekali.

Dey dibuat melotot. Gadis itu bergerak mengambil buntalan kertas ujian itu yang kebetulan tak jauh darinya. Dalam sedikit kesempatan itu, Dey mencoba mengintip nilai hasil ujian milik Rania.

"Nggak usah diliat Dey! Nilaiku lebih rendah darimu, pasti!" kata Rania dengan jengah, seraya memasukkan beberapa buku ke dalam tas ranselnya.

Dey yang tertangkap basah itu sedikit gelagapan. Kemudian berdehem pelan guna memperbaiki getak-geriknya. "E-eh, enggak kok! Nilaiku juga nggak seberapa," kilah Dey.

"Iya, nggak seberapamu itu pasti udah di atas KKM," ucap Rania ketus, apalagi saat mengingat nilainya yang jauh dari KKM. Sial, kenapa dirinya harus mendapat nilai sejelek itu.

Dey mendesah pelan, merasa tak enak hari. Perlahan, tangan Dey bergerak menyentuh pundak Rania lembut. "Ra, aku tahu kamu pasti kecewa dengan hasil nilai ujianmu sekarang. Dan aku pun juga nggak ngebanggakan nilaiku sendiri yang ... ehem bisa dibilang cukuplah."

Rania membuang napasnya kasar mendengar penuturan Dey itu. Terasa sedikit menyebalkan.

Dey menjeda kalimatnya sejenak. "Kesal seperti ini wajar, saat kita tidak mendapatkan hal yang diinginkan. Tapi Ra, jangan putus asa dan menganggap hal ini suatu yang sial. Tapi, anggaplah ini suatu pembelajaran."

Mohon tunggu...