Liputan6.com, Jakarta Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan memperkirakan kontribusi Ekonomi Digital Indonesia (EDI) di tahun 2030 akan mencapai 18 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 4.531 triliun. Itu artinya dalam 8 tahun ke depan, ekonomi digital tumbuh 4,5 kali dibandingkan saat ini yang sekitar 4 persen.
Pakar bisnis dan ekonomi digital dari Inventure, Yuswohady mengatakan besarnya potensi ekonomi digital itu menjadi peluang kepada pelaku usaha digital untuk semakin meningkatkan pertumbuhan bisnisnya.
Itu sebabnya banyak perusahaan berbasis digital seperti GoTo, Grab, Blibli dan lainnya sangat agresif untuk menjaring patner bisnis dan melayani target konsumennya.
“Jika dilihat saat ini perilaku konsumen kita sudah mengarah kepada digitalisasi, mulai dari belanja online, pembayaran online, sampai transportasi online. Sekarang tinggal bagaimana pelaku usaha di bidang ini menangkap peluang tersebut,” kata Yuswohady, dikutip Minggu (19/6/2022).
Laporan e-Conomy SEA 2021 dari Google, Temasek, and Bain & Company mengungkapkan, terdapat sekitar 21 juta konsumen digital baru di Indonesia sejak awal pandemi Covid 19 hingga kuartal pertama 2021.
Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta dan pendapatan per kapita yang dipoyeksi akan terus meningkat, potensi pasar Indonesia sangat besar.
Meskipun pasarnya besar, kompetisi di industri digital juga semakin ketat. Menurut Yuswohady, selain harus menjaring pengguna baru, perusahaan digital juga dituntut untuk mengembangkan berbagai strategi guna menjaga loyalitas konsumen dan selalu aktif bertransaksi walau tanpa harus bakar uang melalui promo.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Transaksi Konsumen
Sebagai contoh keberhasilan GoTo dalam meningkatkan transaksi konsumen di ekosistemnya. Perusahaan hasil kombinasi bisnis antara Gojek dan Tokopedia ini mampu mendorong konsumen yang bergabung di tahun 2018 untuk bertransaksi 6,8 kali lebih banyak selama tahun 2021.
Selain reward bagi konsumen, ekosistem digital perlu memperhatikan kebutuhan penjual (seller) agar produknya cepat terjual.
“Layanan kepada mereka juga harus menjadi perhatian. Karena para seller ini juga akan sangat menentukan transaksi yang ada di ekosistem digital itu sendiri,” katanya.
Untuk menjaga loyalitas konsumen, GoTo memilih strategi dengan mengembangkan GoPay Coins. Jika sebelumnya hanya dapat digunakan untuk belanja di Tokopedia, kini GoPay Coins bisa dipakai untuk berbagai pembayaran layanan di ekosistem GoTo tanpa mengurangi saldo GoPay.
Chief Marketing Officer GoPay Fibriyani Elastria menjelaskan, kehadiran GoPay Coints sejak bulan Mei untuk berbagai layanan di aplikasi Gojek mendapatkan sambutan positif dari pengguna.
Sejak perluasan itu, GoPay mencatat peningkatan sebesar 20 persen pada jumlah pengguna yang bertransaksi menggunakan GoPay Coins. GoPay Coins adalah sistem poin loyalitas universal pada ekosistem GoTo dalam bentuk saldo cashback yang diberikan sebagai reward kepada pengguna setelah menyelesaikan transaksi.
“GoPay Coins menjadi salah satu inovasi kami untuk memaksimalkan keuntungan cashback dan mencegah penyalahgunaan tanpa mengurangi apresiasi terhadap pengguna setia layanan di ekosistem GoTo. Harapannya, pengguna dapat bertransaksi dengan lebih aman dan efisien serta bisa memaksimalkan keuntungan yang disediakan oleh berbagai layanan di ekosistem GoTo, ” kata Fibriyani.
E-Commerce
Salah satunya melalui meningkatkan layanan kecepatan pengiriman. Sebab yang menjadi isu di e-commerce saat ini tidak hanya pada ketersediaan produk, melainkan juga pada kecepatan pengiriman. Banyak penjual mendapat rating kurang baik jika pengiriman membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu perlu adanya mekanisme pengiriman yang lebih efektif.
Ia mencontohkan layanan pergudangan Dilayani Tokopedia yang ditujukan membantu penjual dalam menyetok barang di suatu wilayah dimana penjualan seller tersebut tinggi. Menurut Yuswohady, layanan tersebut cukup efektif dalam memangkas durasi pengiriman.
Dengan adanya fasilitas itu, akan meningkatkan loyalitas seller karena seluruh kebutuhannya dalam menjalankan bisnis terpenuhi dalam satu platform. Sementara bagi Tokopedia, selain mendapatkan loyalitas, ia juga berpotensi mendapatkan revenue baru dari layanan tersebut.
“Ini disebut strategi locking loyalty, seluruh program atau layanan mengikat satu sama lain. Konsumen dan penjual sudah nempel atau lock-in, tinggal dia memetik dari kebun yang telah diciptakannya itu,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan memproyeksikan, di tahun 2030 nanti, pendorong ekonomi digital Indonesia terbesar masih sektor e-commerce dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar Rp 1.908 triliun. Kemudian disusul oleh online travel Rp 575 triliun, ride hailing Rp 401 triliun, fintech Rp 324 triliun, dan online media Rp 191 triliun.
Potensi Ekonomi Digital Rp 4.531 T jadi Peluang Menggiurkan bagi Pelaku Usaha - Liputan6.com
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment