Rechercher dans ce blog

Saturday, August 27, 2022

Berbekal Modal Rp 600 Ribu, Sukses Kembangkan Usaha Camilan hingga Batik - Radar Banyuwangi

TEGALDLIMO, Radar Banyuwangi – Modal memang penting. Namun, bukan segalanya. Yang paling penting adalah berani mengawali usaha, inovasi, dan kerja keras. Setidaknya itu dibuktikan oleh sekelompok ibu rumah tangga yang tinggal Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo. Dengan modal relatif minim, usaha mereka terus berkembang.

The power of emak-emak”. Bagi sebagian kalangan, kalimat tersebut sudah tak asing. Bukan sekadar jargon. Bukan pula kumpulan kata tanpa makna. Sebaliknya, kalimat tersebut kerap digunakan untuk menggambarkan kekuatan kalangan perempuan, khususnya ibu-ibu dalam menghadapi berbagai tantangan. Tidak terkecuali tantangan ekonomi.

Kalimat the power of emak-emak itu pula yang kali pertama dilontarkan sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Hasta Karya Mandiri di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo. Tepatnya, saat Bupati Ipuk Fiestiandani mengunjungi tempat usaha mereka setempat, Rabu (24/8) lalu.

Anggota Hasta Karya Mandiri adalah para ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan. Mereka lantas merintis usaha kecil-kecilan dengan membuat aneka camilan.

Ketua Hasta Karya Mandiri Roizatul Hasanah mengatakan, ide untuk merintis usaha tersebut berawal dari keinginan untuk memiliki kesibukan yang sekaligus dapat menambah penghasilan. ”Syukur-syukur bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga,” ujar perempuan yang karib disapa Roiz tersebut.

Berbekal semangat tersebut, Roiz kemudian mengajak sejumlah tetangganya untuk menghidupkan kelompok Hasta Karya Mandiri pada 2017 silam. Namun sayang, upaya tersebut gagal. ”Pada 2021 lalu keinginan itu kami hidupkan lagi,” kata dia.

Pada upaya kedua ini, ungkap Roiz, upaya menghidupkan kelompok Hasta Karya Mandiri dilakukan oleh enam perempuan. Mereka lantas patungan untuk modal awal usaha. Hasilnya, terkumpul uang sebesar Rp 600 ribu. ”Karena kami hanya ibu rumah tangga biasa, kami hanya bisa iuran seratus ribuan hasil menyisihkan uang belanja,” kenangnya.

Berbekal modal awal tersebut, mereka lantas memproduksi kerupuk dan peyek alias rempeyek. Kerupuk dan peyek itu lantas dikemas dengan plastik dan dititipkan ke warung-warung maupun pedagang sayur keliling. Seiring berjalannya waktu, perlahan namun pasti permintaan kerupuk dan peyek yang mereka terima terus bertambah.

Bukannya berpuas diri, mereka justru menangkap permintaan yang terus bertambah sebagai peluang untuk meningkatkan usahanya. Tidak hanya meningkatkan produksi kerupuk dan peyek, mereka juga berinovasi dengan memproduksi camilan lain, seperti keripik kedelai dan kerupuk daun mangrove alias bakau.

Bukan itu saja, mereka juga kerap mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya. Termasuk pelatihan kemasan dan branding produk. ”Dari pelatihan tersebut, produk kami yang awalnya dikemas dengan plastik biasa, sekarang sudah dikemas dengan kemasan yang menarik dan dibubuhi label,” terang Roiz.

Hasilnya, penjualan produk mereka semakin meningkat. Bahkan, sejak enam bulan terakhir mereka mulai mengembangkan produksi batik dengan menggunakan pewarna alami. ”Enam bulan kemarin kita ikut pelatihan batik yang diselenggarakan oleh pihak Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Ini kemudian kita kembangkan,” aku Roiz.

Kini, produksi batik alami karya mereka mulai diminati oleh sejumlah pihak. Dengan harga yang cukup terjangkau, mereka memproduksi belasan lembar kain batik setiap bulannya. ”Usaha ini terus kami kembangkan pelan-pelan sambil menunggu modal terkumpul,” kata dia.

Sementara itu, Bupati Ipuk mengaku bangga dengan inisiatif dan semangat kaum ibu tersebut. ”Ini adalah semangat yang harus terus didukung dan ditularkan ke banyak orang. Semangat untuk mandiri dan semangat berwirausaha,” ujarnya.

Sebagai upaya pengembangan, lanjut Ipuk, mereka akan menjadi binaan dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskop-UMP) Banyuwangi. ”Kita akan fasilitasi dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas produksinya. Untuk batik, misalnya, nanti kami akan ikutkan pelatihan desain batiknya. Sehingga bisa lebih berkualitas,” tuturnya.

Selain itu, mereka juga akan dibekali pula dengan teknik pemasaran secara daring (online) hingga akses modalnya. ”Kita akan dorong terus sampai benar-benar menjadi UMKM yang naik kelas,” imbuh Ipuk.

Sementara itu, Kepala Diskop-UMP Banyuwangi Nanin Octaviani menyebutkan, pihaknya terus melakukan pendampingan dan pembinaan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Banyuwangi. Ada beragam program yang bisa diakses untuk pengembangan usaha. Mulai dari pelatihan, bantuan peralatan, pemasaran, sampai desain kemasan. ”Bagi para pelaku UMKM yang ingin meningkatkan produksinya, bisa datang ke Rumah Kreatif yang kita kelola untuk berkonsultasi mengembangkan usahanya,” pungkasnya. (sgt/aif/c1)

Adblock test (Why?)


Berbekal Modal Rp 600 Ribu, Sukses Kembangkan Usaha Camilan hingga Batik - Radar Banyuwangi
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...