Rechercher dans ce blog

Friday, November 4, 2022

Memulai Usaha di saat Pandemi, Memetik Berkah di Masa Kini - TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Banyak pelaku usaha “terjungkal” saat wabah virus Covid-19 menyerang. Hampir semua negara di dunia meradang, termasuk Indonesia. Masyarakat kita pun akhirnya harus “babak belur” dengan hadirnya pandemi ini. 

Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada sisi manufaktur, tetapi juga pada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga umumnya mengalami penurunan pendapatan sejak April 2020.

Pemerintah terus berupaya mendorong sektor pelaku usaha mikro untuk terus berjuang melewati proses pemulihan ekonomi ini. Pasalnya, bagaimana pun pelaku UMKM memberikan dampak besar terhadap pendapatan  negara Indonesia. Bayangkan, pelaku UMKM ini di Indonesia mencapai 64,19 juta orang, dengan komposisi pelaku usaha kecil mencapai 64,13 juta jiwa. Dari keseluruhan sektor usaha. kelompok pelaku usaha yang besar dan yang terkena dampak besar juga dari pandemi Covid-19.

Namun, kondisi tersebut ternyata tidak berlaku bagi Kurnia Asih fashion. Baginya pandemi membuat ia bisa mengambil keputusan penting dalam hidupnya.

Kurnia-Asih-2.jpgKurnia Asih sedang mengawasi karyawannya beraktivitas (Foto: Dokumen pribadi)

“Kami memulai usaha ini sejak tahun 2020 akhir. Pada saat puncak orang lain gulung tikar, orang lain bangkrut, kita malah memulai usaha ini dengan segala perjuangannya,” tutur Kurnia Asih yang akrab dipanggil Nia, pemilik usaha produsen fashion Kurnia Asih

Nia mengakui, ada kendala yang dihadapi saat itu yaitu pegawai atau pekerja jahit meninggalkan begitu saja pekerjaannya. “Bahkan, ada beberapa pegawai yang membuat cela dikerjaan yang saya berikan, ia malah seperti tak punya malu kembali lagi ke saya dan meminta order jahit,” sahut Nia. 

Nia pun jadi belajar banyak tentang karakter penjahit di usaha kecil seperti ini. Hal itu membuatnya menjadi bertambah wawasan dan pengalaman soal perilaku pegawai 

Ia sempat merasa menyerah dengan kondisi tersebut. Pasalnya, ternyata apa yang ia cita citakan menjadi pemilik usaha bidang fashion ini tidak seperti yang dibayangkan ketika menjadi pegawai dengan level supervisor di perusahaan pabrik baju besar di Bandung. 

Dengan membawahi sekitar 200 orang anak buah, tidak sulit baginya mengatur mereka agar bisa memenuhi target produksi yang telah dicanangkan atasannya. 

Namun, ketika berhubungan dengan perilaku dan karakter pegawai jahit yang direkrutnya, ia baru menyadari kesulitan pengelolaan karyawan.

“Dulu saat saya jadi supervisor, dari jauh orang sudah menghormati saya. Tetapi, ketika saya membuka usaha ini, pegawai penjahit tidak peduli siapa saya yang penting bagi mereka adalah kebutuhan mereka terpenuhi,” tutur Nia. 

Kurnia-Asih-3.jpgPara pekerja Produsen Fashion Kurnia Asih (Foto: Dokumen pribadi)

Sekarang dengan pendapatan dari usaha ini, alhamdulilah, saya bisa menghasilkan pendapatan dari kegiatan yang saya senangi ini,” tutur Nia. 

Terkadang kejenuhan menghadapi pegawai suka tidak tertahankan. Nia sering berdiskusi dengan suaminya, Wahyu, perihal persoalan di kantornya.

“Saya katakan, kalau kamu mau bekerja lagi karena ada tawaran menggiurkan dari pabrik, kamu malah mundur bukan melangkah maju,” ujar suami Nia menekankan. 

“Saya memang menimbang-nimbang dengan usaha ini. Jujur saja, dulu waktu kerja, untuk bisa beli sepatu seharga Rp300 ribu saja begitu sulitnya, saya harus menabung dari uang gajian” ulas Nia. 

Seiring waktu, Nia pun menikmati hari demi hari menjalani usahanya. “Waktu kerja, yang paling malas adalah menghadapi hari Senin, Namun sekarang, senin bagi saya bisa enjoy karena saya bisa berleha-leha tidak harus tertekan pergi ke kantor,”ujar Nia. 

Nia pun bisa mengatur ritme kerja sesuai keinginannya. “Saya menikmatinya. Apalagi saya orangnya tidak bisa diam, harus produktif hari ke hari agar badan saya tidak sakit,”j elas Nia. 

Ia bersyukur setelah melewati tahun awal-awal memulai usaha. Sebab, banyak sekali pembelajaran penting yang ia dapatkan. “Saya memang masih mengerjakan semua pekerjaan di sini sendiri, walau dibantu para penjahit sekarang,”jelas Nia. 

Namun, pegawai yang sekarang bersamanya lebih amanah atau jujur. “Juga tidak berbuat neko-neko, jadi saya bisa fokus terhadap pekerjaan lain,” ulasnya. (*)

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.

Adblock test (Why?)


Memulai Usaha di saat Pandemi, Memetik Berkah di Masa Kini - TIMES Indonesia
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...