Rechercher dans ce blog

Tuesday, December 27, 2022

Merawat Cerita dalam Membangun Usaha - detikNews

Jakarta -

Setiap usaha memiliki cerita. Namun di setiap cerita tidak selalu baik-baik saja, banyak masalah bahkan plot twist-nya. Upaya baik bersama menjadi cara memperpanjang cerita ini tetap mengudara.

***

Ratusan kucing bernaung di Rumah Sahabat Kocheng. Lebih dari setengah penghuni rumah yang berada di Kulonprogo, DIY, itu kucing dalam kondisi sakit. Secara rutin, Budiyana, yang membangun shelter penampungan kucing ini menyelamatkan kucing yang berada di jalanan. Ada yang terkena virus, penyakit kulit, sampai kelaparan.

Dari luar mungkin tempat ini seperti shelter biasa. Namun Cowboy Kocheng, sapaan akrab Budiyana, merawat tempat ini seperti istrinya. Mungkin bisa dibilang shelter ini memang pengganti istrinya. Rasa cinta akan kucing juga berawal dari hobi sang istri merawat kucing.

Setelah menikah pada 2005, istri Budiyana sangat ingin membuat rumah untuk menampung kucing-kucing yang membutuhkan perawatan. Sayangnya, sebelum keinginan itu terwujud, istri Budiyana meninggal dunia.

"Dua tahun setelah menikah, istri meninggal. Saya langsung berusaha membuat shelter ini, sebagai wujud cinta pada istri, mewujudkan cita-citanya," kata pria 41 tahun asal Kuningan ini.

Awalnya Rumah Sahabat Kocheng berada di Kuningan. Kemudian merembet ke Bandung, dan terakhir di Kulonprogo. Di Kuningan dan Bandung jumlahnya sekitar 100 ekor. Namun di Kulonprogo jumlah kucing pernah mencapai 500 ekor.

Berbeda dengan shelter kucing yang sering meminta donasi, Budiyana bertekad membuat usaha untuk menghidupi shelter yang sebulannya bisa menghabiskan Rp 30 juta untuk operasional. Dana ini untuk pakan kucing, pasir, membayar delapan pegawai, dan lainnya.

Cowboy Kocheng membuka usaha pet shop, jual tanaman hias, sampai angkringan. Sayangnya tidak semua berjalan mulus. "Setiap bulannya belum pernah hasil usaha menutupi biaya operasional. Selalu minus. Semua yang bisa dijual sudah saya jual. Dari tanah sampai kursi. Bahkan dua mobil yang jadi ambulance kucing sudah tidak ada surat kendaraannya, karena digadaikan," katanya.

Ini cerita tentang Budiyana dan beberapa Usaha Mikro Kecil Menengah-nya. Dia masih mencari pola yang tepat untuk menjalankan UMKM-nya. Sembari tetap mencari bantuan dana untuk pengembangan usaha serta menutupi biaya operasional menyelamatkan kucing.

Beda cerita dengan Arif Hanang sebagai salah satu pemilik UMKM Lukita Ceramic Studio. Berkunjung ke studio yang cukup masuk ke pinggiran kota, tepatnya di Bangunjiwo, Bantul, terpampang berbagai macam produk keramik. Di salah satu sisi tembok, beberapa gelas keramik memiliki namanya masing-masing.

Gelas berwarna hitam dengan beberapa corak putih bernama Midnight Sea. Hanang membuat gelas ini setelah menonton film Life of Pi. Singkat cerita, Pi merupakan satu-satunya manusia yang selamat dari tenggelamnya kapal di lautan dalam. Sialnya, sekoci yang menjadi tumpuan hidup di laut, ternyata berisi harimau.

Selain harus menghadapi harimau, Pi juga harus menghadapi ganasnya lautan untuk bertahan hidup. "Saat kita sudah berusaha, dan pasrah, kadang pertolongan datang dari sisi yang tidak kita duga. Kepasrahan pada Tuhan ini membawa pada pertolongan," katanya.

Ini cerita Hanang bersama puluhan gelas yang memiliki makna dan filosofinya. Barang yang kemudian akan berada di meja makan ini harapannya bisa mentransfer energi baik bagi para penggunanya.

Tidak hanya menjual produk, Lukita Studio juga memberikan workshop pembuatan keramik. Namun dalam metode pembuatan keramik teknik putar, Lukita membatasi pesertanya. Hanya ada lima alat putar yang mereka miliki.

Tidak hanya menjual barang, adanya workshop menjadi upaya memberikan edukasi tentang keramik dan karya seni. Selain menambah dan melengkapi beberapa alat, Lukita ke depan akan memantapkan sisi managerial. Semua yang ada di Lukita berasal dari komunitas. Sehingga perjalanan usaha menggunakan sistem trial and error tidak jarang terjadi.

Rumah Sahabat Kocheng dan Lukita Studio baru dua dari 64,2 juta UMKM di Indonesia. Setiap UMKM memiliki cerita baik dan masalahnya masing-masing. Akan lebih baik apabila cerita ini bisa berkembang dengan lebih kuat dan berdampak lebih luas.

Bank Syariah Indonesia (BSI) punya potensi dalam berperan untuk UMKM di Indonesia. Dengan berbagai program baik pembiayaan atau pendampingan, pertemuan energi baik ini bisa menjadi kekuatan yang berdampak di masyarakat.

Terlebih BSI merupakan pemenang penghargaan Bank Pendamping UMKM Terbaik 2022 dalam ajang Bank Indonesia Awards. Per Oktober 2022, BSI telah menyalurkan pembiayaan KUR Syariah sebesar Rp 10.86 Triliun pada 101.085 pelaku UMKM.

BSI juga telah membina 1.134 UMKM melalui UMKM Centre. Jumlah ini tersebar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak 831, Yogyakarta sejumlah 218, dan di Surabaya sebanyak 128 UMKM.

Capaian dalam bidang UMKM dan lainnya membawa BSI masuk dalam lima Bank Terbaik di Indonesia 2022. Tahun sebelumnya, BSI masuk dalam 500 Bank Terbaik di dunia. "Sesuai arahan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo saat peresmian BSI, kami terus berupaya untuk menjadi bank yang inklusif, memajukan ekonomi Syariah di Tanah Air dan membawa Indonesia menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah di lingkup regional dan global," kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi.

Melalui berbagai program dan caranya, BSI bisa memunculkan dan memperpanjang usia cerita UMKM-UMKM di Indonesia, termasuk di DIY. Cerita yang mungkin juga bisa berasal dari UMKM persewaan baju profesi Griya Qucevin di Tegalrejo, Jogja.

Sebagai kota pelajar dan budaya, acara festival menjadi ajang rutin yang digelar oleh berbagai sekolah. Festival ini tidak jarang mengharuskan murid-murid yang menjadi peserta untuk memakai baju profesi.

Griya Qucevin menjadi tempat anak-anak membangun ingatan masa kecilnya. Dalam konteks yang lebih besar, Griya Qucevin menjadi ruang anak-anak mengenal berbagai profesi yang ada di dunia, yang nantinya bisa jadi menjadi pekerjaannya.

"Seneng kalau lihat anak-anak bisa ikut festival dengan gembira memakai pakaian profesi," kata pemilik Griya Qucevin, Linda Satriany.

Tingginya penyewa serta permintaan beberapa jenis baju profesi membuat Linda ingin memperbanyak koleksinya. Namun semua ini perlu proses sembari menunggu modal terkumpul.

Ini cerita tentang UMKM di DIY, yang mana BSI berpotensi membuat semakin banyak anak-anak bahagia memakai pakaian profesi, melihat banyak peserta workshop di Lukita, sampai mendengar meong-an kucing yang sehat di Rumah Sahabat Kocheng.


Sirojul Khafid, Jurnalis Harian Jogja

(akd/ega)

Adblock test (Why?)


Merawat Cerita dalam Membangun Usaha - detikNews
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...