Dalam situasi perekonomian global yang makin sulit, pelaku usaha kecil menengah terbukti tangguh bertahan. Bahkan di saat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia.
Bantuan permodalan dari pihak perbankan menjadi satu-satunya harapan baru bagi para pelaku UMKM untuk bertahan dan mengembangkan usahanya. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi pilihan para pelaku UMKM di Blitar karena menjalankan sistem pembiayaan permodalan sesuai syariat Islam.
Seperti Ika, warga Desa Sumberasri Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Ibu dari tiga anak ini memulai usaha sebagai pengepul kelapa muda atau degan sejak 15 tahun yang lalu.
Sebelum mengenal BSI, Ika mengambil kelapa muda dari petani langsung dengan jumlah terbatas. Selain menyesuaikan modal yang dimiliki, Ika juga juga tidak berani berspekulasi jika harus menyimpan stok degan yang banyak di rumahnya.
Aktivitas yang dilakoninya melelahkan memang. Setiap hari, Ika bersama sang suami harus berkeliling beberapa desa di Kecamatan Nglegok untuk melihat pohon kelapa milik siapa yang sudah bisa diunduh atau dipanen.
Mereka berdua berangkat usai subuh dengan membawa sepeda motor dengan obrok di belakangnya. Tempat anyaman dari bambu (obrok) itu jika saja bisa berbicara pasti ikut merasakan lelahnya pasutri ini berjuang mencari penghidupan.
Rupanya, kerja keras mereka mendapat perhatian BSI. Merekapun ditawari tambahan pembiayaan untuk modal usaha dengan produk KUR.
Awalnya Ika menolak. Namun ketika mendapat penjelasan detail soal sistem pembiayaan BSI dalam menjalankan syariat Islam, Ika akhirnya menerimanya.
Untuk membuktikan sistem perbankan BSI, Ika awalnya justru menabung untuk berangkat umrah. Dalam jangka waktu tiga tahun, uang tabungannya terbukti tidak berbunga. Merasa yakin dengan sistem syariah tersebut, Ika dan suaminya kemudian menerima tawaran KUR sejak enam tahun yang lalu.
"Saya memang tidak berani berhubungan dengan bank yang tidak syariah. Kan tidak boleh di Islam. Makanya awalnya saya nabung. Alhamdulillah bisa berangkat umrah. Baru kemudian saya menerima tawaran modal dari BSI," tutur Ika kepada detikJatim, Jumat (11/11/2022).
"Semuanya sangat mudah, pelayanannya juga bagus. Dan utang tidak terasa berat karena akadnya sejak awal sudah jelas. Cicilan per bulan tetap, jadi tidak was-was dengan bunga bank yang katanya bakal naik tahun depan," imbuhnya.
Dari pembiayaan permodalan BSI itu, usaha Ika berkembang dengan pesat. Pasalnya, dia bisa membeli kelapa muda lebih banyak dari banyak petani di desanya. Dia juga tidak khawatir akan stok dagangan yang menumpuk karena semakin banyak pedagang kelapa muda baru yang bermunculan di lokasi-lokasi wisata yang baru dibuka di Blitar Raya.
Tak heran, dalam jangka waktu kurang dari tiga tahun, Ika telah mempunyai aset tiga mobil pickup untuk mengangkut kelapa muda hasil panenan dari lima desa. Ia pun bisa memiliki satu rumah permanen yang dikategorikan mewah untuk ukuran warga desanya, serta mampu merekrut sembilan orang tetangganya untuk membantunya memanen kelapa muda.
"Alhamdulillah usaha ini makin memberikan barokah. Tidak hanya untuk keluarga saya, tapi juga untuk keluarga tetangga-tetangga yang ikut membantu kerja dengan saya. Saya yakin, jika kita menjalankan usaha sesuai ajaran Islam itu, memang hasilnya barokah untuk semuanya," tandasnya.
Berbeda pengalaman, Jamal memanfaatkan KUR BSI sebagai pembiayaan permodalan usahanya. Warga Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar ini telah dua kali menjadi debitur KUR BSI.
Pertama kali ketika dia kesulitan membeli pupuk untuk lahan pertaniannya, KUR BSI mampu memberikan solusi. Sekarang, dia kembali memanfaatkan KUR BSI untuk menyokong permodalan anaknya yang merintis bisnis online spare part robotic.
Anak Jamal yang lulusan SMA awalnya memulai usaha itu hanya bermodalkan Rp 200 ribu. Menyesuaikan perkembangan e-commerce yang kian masif, anak Jamal kemudian bergabung dengan tiga start up unicorn di Indonesia. Namun ternyata, semakin banyak penjualan secara online, modal yang dibutuhkannya juga makin besar.
"Saya langsung teringat pernah pinjam di BSI dan semuanya mudah. Tidak ribet dan yang penting akad pinjamannya jelas di awal. Dulu saya pinjam itu Rp 125 juta dan Alhamdulillah bisa lunas sebelum dua tahun," jelas Jamal.
"Nah lima tahun lalu, buat modal anak saya ini saya kembali memanfaatkan KUR BSI senilai Rp 300 juta untuk jangka waktu lima tahun. Cicilan per bulannya Rp 5,8 juta. Kita gak khawatir naik-naik lagi mengikuti bunga bank akibat resesi, karena sudah jelas akad awalnya," sambungnya.
Dengan pembiayaan permodalan BSI ini, lanjut Jamal, usaha anaknya makin berkembang pesat. Jika dulu dia hanya berjualan spare part abdino, sekarang sudah naik derajatnya menjadi CMC robotic atau mesin-mesin robot.
Tak hanya itu, anak Jamal juga mengembangkan sayap dengan membuka kantor representative di bilangan Jakarta selatan. Para pelanggannya yang semua hanya di sekitar Jawa Timur, kini makin meluas di dari seluruh Indonesia.
"Malah sekarang tidak hanya melayani online, untuk penjualan dalam jumlah banyak anak saya juga melayani offline. Kebanyakan pelanggannya yang offline itu dari Ngawi, Sragen, Klaten dan Malang," terang Jamal.
"Alhamdulillah, biarpun cuma lulusan SMA, tapi dia berhasil menjadi pengusaha muda. Saya bersyukur sekali dengan adanya KUR BSI ini, derajat usaha anak saya dan derajat keimanannya makin tinggi," paparnya.
Micro Relationship Manager Team Leader BSI KC Blitar, Fatah Sholehudin Ghozali mengatakan sampai saat ini BSI KC Blitar telah menyalurkan sekitar Rp 25 miliar KUR kepada 300 pelaku UMKM. Produk Mikro BSI KC Blitar sendiri ada 2 jenis, yakni BSI Usaha Mikro (regular) dan BSI Pembiayaan Usaha Mikro (KUR).
Untuk KUR sendiri ada tiga jenis, yakni Super Mikro dengan plafon anggaran pembiayaan sebanyak Rp 1-10 juta. Kemudian Mikro dengan plafon pembiayaan Rp 10-100 juta. Serta Kecil dengan plafon pembiayaan Rp 100-500 juta.
"Dana pembiayaan permodalan yang sudah kami kucurkan Rp 25 miliar itu didominasi KUR Kecil. Yang plafon pembiayaannya antara Rp 100-200 juta. Dan kebanyakan kami memakai akad Murabahah. Yakni jual beli," ujar Fatah.
"Jadi misalnya BSI memberikan pembiayaan KUR modal kerja untuk membeli stok barang atau persediaan barang. Dengan catatan, barang tersebut halal, karena BSI berkomitmen memberikan kebaikan bagi segenap alam Rahmatan Lil Aalamiin," sambungnya.
Seperti diketahui, yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah tidak adanya penerapan bunga. Proses peminjaman permodalan dari BSI dilakukan dengan akad atau kesepakatan sesuai dengan ajaran Islam. Yakni akad Murabahah, Musyarakah mutanaqishah atau ijarah.
Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah. Praktik ini memungkinkan nasabah menyelesaikan masalah finansial ketika kesulitan membeli barang. Sedangkan Musyarakah mutanaqishah adalah bentuk kerja sama dua pihak untuk kepemilikan aset atau barang. Kerja sama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak yang disebabkan oleh pembelian atau pengalihan komersial secara bertahap.
Erliana Riady, Jurnalis detikcom
(prf/ega)Pembiayaan KUR BSI Tingkatkan Derajat Usaha Kecil Warga Blitar - detikNews
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment