Tak Henti Melawan Stigma soal Usia Muda dan Perempuan
Dari Bali, kegigihan Melati Wijsen dan sang adik menjadikan Bye Bye Plastic Bags kini menyebar ke 50 lokasi di 30 negara. Kata sang ibu, demi terus mewujudkan mimpinya, dia bercita-cita jadi presiden Indonesia.
AGFI SAGITTIAN, Badung
—
25 Februari 2018
SEKITAR 600 relawan terlibat dalam bersih-bersih di Pantai Pererenan. Diorganisasi Bye Bye Plastic Bags (BBPG) yang dicetuskan kakak-adik Melati-Isabel Wijsen, empat sak sampah nonorganik berhasil dikumpulkan dari pagi sampai sore di salah satu pantai di Badung, Bali, tersebut.
Aksi itu bagian dari gerakan yang lebih besar: One Island One Voice yang juga digagas kakak beradik tersebut setahun sebelumnya. Lebih dari 100 lokasi dibersihkan dari sampah plastik. Melibatkan hampir 25 ribu relawan.
Yang ikut terjun langsung membantu aktor Hamish Daud dan musikus Jerinx. Melati dan Isabel mengaku menginisiasi gerakan tersebut karena terinspirasi tokoh-tokoh besar dunia seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan Kartini.
“Saya lelah, tapi saya senang,” kata Melati yang ketika itu masih duduk di kelas III Green School, Badung, kepada Jawa Pos.
Empat Tahun Berselang…
BBPG kini telah menyebar ke lebih dari 50 lokasi di 30 negara. Dalam perjalanannya merawat gerakan tersebut, Melati tidak bergerak seorang diri. Perempuan 22 tahun yang kini telah bekerja itu mengajak seluruh anak muda di Bali untuk ikut peduli dan sadar akan bahaya plastik.
Kota demi kota, negara demi negara, konferensi demi konferensi, Melati terus menyuarakan misinya. ”Saya percaya the power of many. Sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama itu akan lebih kuat,” urai Melati dalam wawancara di sela World Travel & Tourism Council di Bali pada 24 Mei dan ketika kembali dihubungi Jawa Pos bulan lalu.
Dua penggalan kisah itu memperlihatkan konsistensi Melati dan Isabel dalam merawat gerakan demi perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik. Dari awalnya diragukan, tumbuh menjadi salah satu gerakan lingkungan paling diapresiasi di level dunia.
Melati mengenang BBPG itu dia cetuskan di ajang Global Initiative Network Youth Conference pada 2013. ”Kami berdua saat itu adalah anak yang sangat kecil, tapi kami sangat optimistis dengan ide besar kami,” ujar anak muda keturunan Belanda tersebut.
Dia menjelaskan, sampah plastik telah lama menjadi tantangan terbesar yang dihadapi lingkungan. Sebanyak 160.000 kantong plastik telah digunakan di seluruh dunia setiap detiknya.
Bersama BBPG, dia dan sang adik yang usianya dua tahun lebih muda darinya ingin mengajak seluruh warga ataupun turis yang datang ke Bali untuk ikut melakukan perubahan. Caranya, dengan mengurangi sampah plastik dan membawa kantong plastik reusable (bisa digunakan kembali) sendiri.
Melati percaya bahwa Bali bisa bebas sampah plastik. Selain membawa dampak baik bagi warga Bali, misi dari gerakan yang dia cetuskan bersama Isabel bisa jadi harapan baru untuk tempat tinggal hewan laut yang kian tercemar oleh plastik.
Berkat kegigihannya itu, Melati menjadi pembicara internasional untuk mengampanyekan BBPG, termasuk di beberapa media dan forum internasional seperti TED dan United Nations. Melati juga terpilih menjadi sepuluh wanita paling menginspirasi versi Forbes. Pernah pula menjadi anggota World’s Ocean Day Youth Advisory Council di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain itu, Melati didaulat sebagai salah satu remaja paling berpengaruh di dunia versi CNN Heroes Young Wonders (2018). Penghargaan lain yang juga diraih Melati dan Isabel adalah Bambi Awards (2017) yang diadakan di Berlin, Jerman.
Sudah sejauh itu melangkah, toh masih saja ada yang mencibir. Misalnya dalam suatu forum lingkungan yang melibatkan orang-orang atau organisasi penting dan Melati ada di tengah-tengah mereka.
”Ada yang berkata, what she is doing here, kenapa ada Melati di sini. Mungkin karena melihat saya masih sangat muda,” urainya.
Dua stigma yang terus-terus dilawan oleh Melati selama dia mengabdikan diri menjadi ”changemaker (pembawa perubahan)” di bidang lingkungan: usia yang sangat muda dan dia adalah seorang perempuan. ”Ada saja beberapa orang yang masih menganggap bahwa karena aku perempuan, aku tidak akan bisa berbuat banyak. Atau tak jarang aku menjadi satu-satunya perempuan dalam sebuah acara atau forum,” bebernya.
Melati menegaskan, dalam banyak kesempatan, dia bertemu dengan banyak perempuan yang duduk di peran atau posisi yang penting. Dia mengaku akan fokus melihat perempuan-perempuan seperti itu untuk dijadikan sebagai motivasi.
Melati mengaku akan terus mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk menjadi changemaker. Dia percaya konsistensi akan membawa hasil baik, apalagi jika dia dapat menebarkan semangat yang sama kepada orang lain.
Sang ibu, Elvira Wijsen, mengungkapkan, dirinya tak menyangka gerakan yang diinisiasi kedua putrinya bakal menjadi gerakan yang berdampak besar. Ketika BBPG membesar, Melati semakin serius dan kerap bepergian. Sebagai ibu, dia akhirnya merasa harus ikut total mendukung.
’’Saya pun keluar dari perusahaan untuk full time menjadi pendamping Melati menjadi pembicara di berbagai tempat,’’ ujar Elvira.
Elvira mengaku tak jarang merasa khawatir melihat Melati di usia yang sangat muda memiliki kesibukan dan beban pikiran yang sangat kompleks. ’’Anak seusianya weekend pergi ke bioskop atau mal, sementara Melati kalau weekend sibuk membuat surat ke pemerintah, public sectors, dan lain-lain,’’ tambahnya.
Melati di mata Elvira adalah anak yang berani bermimpi dan berdedikasi mengejar mimpi tersebut. BBPG adalah mimpi Melati yang terwujud dan masih terus dia sempurnakan hingga mimpi yang lebih besar: membawa perubahan yang signifikan di Indonesia bisa tercapai.
’’Dia ingin menginspirasi banyak anak muda dan khususnya perempuan. Dia ingin membawa perubahan yang signifikan di Indonesia. Dan bahkan, Melati bercita-cita ingin menjadi presiden Indonesia,’’ katanya.
Usaha Keras Melati Wijsen Menggerakkan Bye Bye Plastic Bags - JawaPos.com - JawaPos
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment