Rechercher dans ce blog

Sunday, March 21, 2021

Cuan Usaha Budi Daya Ulat Hongkong di Padang - Bisnis.com

Siapa sangka, di tengah keterbatasan lapangan pekerjaan dalam situasi pandemi Covid-19 ini, ada usaha yang mampu menghasilkan rupiah dengan nilai yang cukup menggairahkan.

Seperti usaha yang dilakukan oleh Karang Taruna Batu Badoro yang ada di Perumahan Arai Pinang 2, Kelurahan Tabing Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatra Barat.

Melihat pesatnya perkembangan penghobi burung kicau di Sumbar, Karang Taruna Batu Badoro, menyiasati menjalani usaha pakan burung yang dikenal dengan ulat hongkong.

Ketua Karang Taruna Batu Badoro David Aldi Reiner menjelaskan usaha budi daya ulat hongkong itu, sebelumnya juga telah dimulai di Kota Solok yang merupakan kampung halamannya.

"Awalnya di Solok sudah dilakukan juga budidaya ulat hongkong. Di sana saja, kita masih sulit memenuhi permintaan pakan burung yakni ulang hongkong ini, makanya kita mencoba mengembangkannya di Padang ini," katanya, Minggu (21/3/2021).

Kendati David bersama anggota Karang Taruna lainnya mencoba mengembangkan budi daya ulat hongkong itu, dia masih belum mampu untuk memenuhi permintaan.

Untuk itu, dia berencana dalam waktu 4 bulan ke depan, jumlah wadah budi daya ulang hongkong itu dari kini yang tersedia sekitar 400 wadah, direncanakan bisa menjadi seribu lebih.

"Jangankan untuk mengisi kebutuhan Sumbar, kebutuhan wilayah Padang saja masih belum cukup. Ya kita bisa buru-buru untuk pengembangan budidaya ini, butuh waktu," ujarnya.

David menjelaskan, untuk melakukan budi daya ulang hongkong yang digunakan untuk pakan burung kicau itu tidaklah terlalu rumit, tapi perlu untuk memahami dan melakukan tahapan-tahapannya, agar produksi ulat hongkong bisa maksimal.

Seperti halnya soal lokasi budi daya, untuk melakukan budi daya ulat hongkong ini dibutuhkan tempat yang terlindungi dari paparan cahaya matahari. Artinya butuh suhu ruangan yang terasa sejuk.

Sebab dengan adanya suhu ruangan yang terasa agak sejuk dan adam, akan dapat meningkatkan produksi ulang hongkong dari indukan yakni dari jenis serangga yang disebut kepikan.

Namun jika budi daya ulat hongkong itu dilakukan di ruangan yang terasa suhunya agak panas, maka akan dapat mengurangi produksi ulatnya. Hal ini dikarenakan suhu yang tidak terasa adem, membuat telur-telur dari kepik itu tidak maksimal.

Bahkan berbicara hal terburuknya, tidak banyak ulat-ulat yang bertahan hidup. Sehingga poin utama untuk melakukan budi daya ulat hongkong adalah harus berada di ruangan yang terasa adem dan sejuk.

"Kalau tempatnya sudah cocok, mulailah membangun tempatnya, seperti butuh membuat wadah budi dayanya. Sejauh ini kita membuatnya sendiri, karena sudah ada pengalaman sewaktu di Solok," sebutnya.

Menurutnya bila tempat dan wadah telah dipersiapkan, biasanya David memulainya dengan membiarkan ulat-ulang hongkong itu tumbuh menjadi kepompong.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu ulat hongkong berubah menjadi kepompong. Namun proses budi daya dari kondisi ulat menjadi kepompong, tidaklah berjalan mulus.

"Tidak semua ulat itu bisa tumbuh menjadi kepikan atau indukan. Biasanya di waktu proses jadi kepompong banyak yang mati. Tapi sejauh ini, yang kita lakukan, cukup bagus, banyak indukan yang kita dapatkan kini," jelasnya.

David menyebutkan bila telah memiliki indukan itu, langkah selanjutnya adalah membiarkan kepikan itu di dalam wadah yang telah disediakan hingga tiba masanya si kepikan itu memiliki waktu yang layak untuk bertelur.

Bila telah memasuki masa bertelur itu, biasanya dia melakukan pemindahan indukan ke tempat lainnya dengan waktu per 12 hari. Dimana waktu 12 hari itu, dinilai telah ada telur yang tersimpan di dalam wadah yang sudah tertimbun oleh pakan kepikan tersebut.

Proses melihat telur yang sudah tampak ulatnya itu, David melakukan caranya yakni dengan di ayak. Nantinya akan terpisah antara timbunan bekas pakan dengan ulat-ulat hongkong yang sangat berukuran kecil.

Selanjutnya bila sudah terlihat banyaknya ulat hongkong yang masih bayi itu, dilakukan ke pemindahan ke tempat yang baru. Di sini, pembudidaya membiarkan ulat-ulat itu tumbuh dengan cara diberi makan selama satu kali dalam dua hari.

"Jadi untuk jumlah yang saat ini, saya memberi makannya itu satu kali dalam dua hari. Setelah itu, tinggal dipantau saja, pertumbuhannya, cuma ada kendalanya bila ulat-ulatnya sudah mulai tumbuh besar," ungkapnya

Dikatakannya kendala atau musuh selama ini dari budi daya ulat hongkong yakni, semut, tikus, cicak dan burung gereja. Dengan melihat musuh itu, dia harus tetap memantau tempat budidayanya itu, sembari menyemprotkan air bersih, agar ulat-ulat tetap bisa tumbuh segar.

"Jadi per 12 hari, kepik-kepik itu akan bertelur. Jadi selama itu pula kita harus memastikan bahwa 12 harus dipisahkan antara tempat indukan dengan telur-telur yang nantinya jadi ulat hongkong," sebutnya.

Dengan adanya cara budi daya ulat hongkong itu, David mengaku cukup menggiurkan menjalani usaha budi daya ulat hongkong tersebut.

Setidaknya dengan penjualannya per 20 hari itu paling sedikit memperoleh keuntungan Rp5 juta dengan harga ulat hongkong per kilogramnya itu mencapai Rp65.000.

"Jadi orang yang hobi memelihara burung kicau seperti murai akan membeli ulat hongkong ini, sebagai makanan tambahan burung peliharaannya," jelas dia.

David juga menyatakan bahwa hasil dari budi daya ulat hongkong ini, dipasarkan langsung ke kedai-kedai atau toko yang menjual pakan unggas atau hewan ternak lainnya khusus di Kota Padang.

Selain di Padang, bila produksi lagi bagus. David juga melayani pesanan dari luar daerah Kabupaten Agam dan Pesisir Selatan, dan bahkan hingga ke Kerinci.

Melihat potensi yang begitu, David juga berencana untuk melakukan pengembangan budi daya ulat hongkong tersebut.

Semangatnya untuk melakukan pengembangan itu, karena dirinya pernah dihubungi oleh pihak luar negeri, yang nyatanya siap untuk membeli ulat hongkong budi daya dari Karang Taruna Batu Badaro.

"Saya merencanakan ulat hongkong ini diekspor karena di Bogor sudah ekspor. Makanya saya memperkirakan pengembangan akan dilakukan dalam waktu 4 bulan ke depan," katanya penuh semangat.

Dari informasi singkat yang diperolehnya, di luar negeri itu, ulat hongkong bukan lah menjadi pakan burung kicau peliharaan. Melainkan menjadi produk olahan, sehingga harga yang ditawarkan cukup bagus, dan sudah memiliki pangsa pasar yang bagus.

"Untuk melakukan ekspor itu, kata mereka saya harus menyiapkan minimal 1 ton ulat hongkong. Jika kurang dari itu, pihak luar negeri itu tidak bisa tampung. Makanya pengembangan budi daya ulat hongkong ini perlu segera dilakukan," sebut David.

Diakuinya mengingat usaha itu lakukan atas dasar Karang Taruna Batu Badoro, omzet yang diperoleh selama ini belum pernah digunakan untuk keperluan pribadi pengurus, melainkan disimpan untuk melakukan pengembangan.

"Kecuali ada kegiatan yang perlu di support, barulah hasil penjualan budidaya ulat hongkong ini kita gunakan. Dan semua pengurus sepakat, karena memang kita ingin usaha ini terus maju," harapnya. (k56)


Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

sumbar
Konten Premium Masuk / Daftar
Bisnis Indonesia bersama 3 media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak virus corona yang disalurkan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (Rekening BNI: 200-5202-055).
Ayo, ikut membantu donasi sekarang! Klik Di Sini untuk info lebih lengkapnya.

Let's block ads! (Why?)


Cuan Usaha Budi Daya Ulat Hongkong di Padang - Bisnis.com
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...