Rechercher dans ce blog

Wednesday, June 1, 2022

Duh! 1 BUMN dan 2 Anak Usaha BUMN Ini Sedang Dipantau Bursa - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan ada lebih dari 100 saham yang berada dalam pemantauan khusus hingga 31 Mei 2022. Tiga di antaranya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau anak usahanya.

Ketiga perusahaan publik tersebut adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), anak usahanya yaitu PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) dan anak usaha emiten pelat merah konstruksi yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang merupakan anak usaha dari BUMN PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Berdasarkan pada pengumuman resmi BEI, GIAA mendapatkan status pemantauan khusus karena memenuhi beberapa kriteria jika mengacu pada Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus.


GIAA sebagai emiten maskapai penerbangan pelat merah masuk ke dalam kriteria pemantauan khusus nomor 2,5,7 dan 8.

Itu berarti GIAA dalam laporan keuangan auditan terakhir mendapatkan opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer), memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir, memiliki likuiditas rendah dari sisi nilai dan volume transaksi saham harian dalam 6 bulan terakhir di pasar reguler dan dalam kondisi dimohonkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau dimohonkan pailit.

Nasib GIAA memang malang, adanya pandemi Covid-19 membuat kinerja keuangannya memburuk. Namun akar masalahnya justru sudah mulai mencuat ketika sebelum pandemi Covid-19, yaitu soal utang yang menumpuk.

Mengacu pada laporan keuangan terakhir yang dirilis oleh perseroan yaitu hingga kuartal III-2021 berakhir, GIAA mencatatkan ekuitas negatif sebesar US$ 3,6 miliar. Sementara total aset dan liabilitasnya masing-masing sebesar US$ 9,4 miliar dan US$ 13 miliar.

Jika merujuk pada tim pengurus PKPU GIAA hingga pertengahan Maret 2022, ada 229 kreditur yang belum selesai melakukan verifikasi dengan nilai klaim mencapai Rp 139 triliun.

Masalah utang tidak hanya melilit GIAA saja, tetapi juga anak perusahaannya GMFI. Untuk diketahui sebanyak 89,1% saham GMFI dikempit oleh GIAA.

GMFI sendiri masuk ke dalam pemantauan khusus dari bursa karena sesuai dengan kriteria poin 2 dan 5 yaitu laporan keuangan auditan terakhir mendapatkan opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer) dan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.

Asal tahu saja, hingga akhir September 2021, GMFI mencatatkan nilai ekuitas negatif sebesar Rp 3,6 triliun dengan total aset mencapai Rp 7 triliun tetapi total kewajiban mencapai Rp 10,6 triliun.

Terakhir ada anak perusahaan konstruksi pelat merah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yakni WSBP yang juga masuk radar BEI dan memenuhi kriteria nomor 5 yang berarti memiliki nilai ekuitas negatif.

Berdasarkan laporan keuangan WSBP kuartal I-2022 yang tidak diaudit, perseroan mencatatkan defisiensi modal senilai Rp 3,06 triliun. Nilai tersebut bengkak dari kuartal IV-2021 yang mencapai Rp 2,78 triliun.

WSBP juga mengalami gagal bayar atas Obligasi Berkelanjutan tahun 2019 senilai Rp 2 triliun. Oleh sebab itu lembaga rating Pefindo langsung memangkas peringkat surat utang tersebut dari BBB- menjadi D alias default.

Atas kejadian gagal bayar tersebut, pihak BEI juga memutuskan untuk menggembok perdagangan saham WSBP sejak 31 Januari 2022 hingga sekarang.

Bahkan baik GIAA dan WSBP juga terlempar dari papan utama perdagangan BEI. Dua perusahaan tersebut saat ini sama-sama mengalami permasalahan serupa yaitu terlilit utang besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Bursa Asia Hijau, IHSG Dibuka Bersemangat


(trp/vap)

Adblock test (Why?)


Duh! 1 BUMN dan 2 Anak Usaha BUMN Ini Sedang Dipantau Bursa - CNBC Indonesia
Klik Disini Lajut Nya

No comments:

Post a Comment

Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo - Solopos.com

[unable to retrieve full-text content] Modal Kecil, Ini Ide Usaha Handmade dari Bahan Semen ala Warga Laweyan Solo    Solopos.com Modal Ke...