Produsen bedak Johnson & Johnson pekan lalu menyetujui untuk membayar US$ 8,9 miliar atau setara dengan Rp 133 triliun (kurs Rp 15.000/US$) kepada ribuan konsumen yang menggugat mereka.
Pengumuman ini disampaikan berkaitan dengan gugatan yang disampaikan ribuan konsumen ke perusahaan karena produknya dinilai bisa menyebabkan kanker.
Dikutip dari indianexpress.com, disebutkan, pembayaran ini diusulkan akan dilakukan selama 25 tahun melalui anak usaha mereka Johnson & Johnson LTL Management. Ini merupakan anak usaha yang didirikan pada 2021 lalu.
Berkaitan dengan tuduhan yang disampaikan berkenaan dengan produk bedak meraka, Johnson & Johnson telah membantah bahwa produknya menyebabkan kanker. Johnson & Johnson menyebut produknya aman.
Sebelumnya pihak Johnson & Johnson juga telah menghentikan komposisi produk yang lama. Kemudian pada 2023 perusahaan berencana akan menggunakan pati jagung sebagai bahan baku produknya.
"Kami meyakini keamanan produk bedak kami tidak berubah. Sesuai dengan analisis ilmiah selama beberapa dekade terakhir. Bedak itu aman, tidak mengandung asbes dan tidak menyebabkan kanker," tulis pernyataan tersebut dikutip dari indianexpress.com, Selasa (11/4/2023).
Bedak Johnson & Johnson merupakan produk kosmetik yang bisa menyerap kelembapan sebagai antipespiran di badan.
Investigasi yang dilakukan Reuters dan New York Times pada 2018 menyampaikan jika ada asbes yang terdeteksi dalam bedak Johnson & Johnson ini.
Reuters juga menyebutkan pada 1976 badan pengawas obat dan makanan AS menyatakan asbes terdeteksi pada sampel bedak 1972 dan Oktober 1972.
Namun dokumen tersebut menyampaikan jika di tiga laboratorium berbeda periode 1972 dan 1975 memiliki asbes.
(dna/dna)Digugat Konsumen, Johnson & Johnson Siap Bayar Rp 133 T Lewat Anak Usaha - detikFinance
Klik Disini Lajut Nya
No comments:
Post a Comment